Dermaga Hati

yyyaaaaah daripada banyak melamun,berharap ridho-Nya dan selalu memperbaiki akhlak,aqidah dan ketauhidan hamba ini yg masih kurang bersyukur dan masih menduakan-Nya. "jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. Membenarkanmu"(Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a.)

Muraqabah

Allah ma'ii Allah naazhiri ilayya Allah Syaahidii (Allah menyyertaiku,Allah melihatku,Allah menyaksikanku)inilah salah satu kalimah Seorang ulama sufi yg diajarkan kepada salah seorang muridnya.sebuah kalimat sederhana yang mengajarkan diri untuk selalu merasa diawasi oleh Allah.yah memang setiap saat setiap jiwa2 manusia tak lepas dari pengawasan-Nya.Jika seorang hamba selalu merasa diawasi oleh sang pencipta tak ada lagi tempat untuk bermaksiat kepada-Nya.Karena setiap sudut setiap tempat bahkan hati yg berbisikpun tak lepas dari pengawasan-Nya.Saya nukilkan kisah Shaikh Junaid sbb:
Junaid Al-Baghdadi, seorang tokoh sufi, mempunyai anak didik yang amat ia senangi. Santri-santri Junaid yang lain menjadi iri hati. Mereka tak dapat mengerti mengapa Syeikh memberi perhatian khusus kepada anak itu.

Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk kemudian menyembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu.

Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih. Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak boleh melaksanakan perintah Syeikh yang begitu mudah.

Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana. Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan itu, ia fikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.

Tibalah giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya, malu karena tak dapat menjalankan perintah guru, “Aku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia masih menemaniku. Aku tak boleh pergi ke tempat di mana tak ada yang melihatku.

Semoga Allah mengkaruniakan sifat muraqabah kepada kita sehingga limpahan kecintaan-Nya selalu menyertai kita.


By :dermagahati bagas

Allah,Muhammad,tasawuf,syadzili,al,ibnu,athaillah,kisah,teladan,hikam

0 comments: